JAKARTA - Di Indonesia, kesehatan gigi masih menjadi perhatian penting karena banyak masyarakat menunda pemeriksaan rutin.
Salah satu masalah yang paling sering ditemui adalah ketidakharmonisan susunan gigi atau maloklusi, yang bisa memengaruhi fungsi kunyah dan estetika.
Audy Dental mencatat peningkatan lebih dari 25% kasus maloklusi sepanjang 2025. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat meningkat, tetapi penanganan preventif masih kurang optimal.
Drg. Yulita Bong menekankan bahwa kondisi ini dapat dicegah sejak dini dengan perawatan ortodontik sederhana. Penanganan cepat juga meminimalkan biaya dan mencegah komplikasi di masa depan.
Gigi Berlubang pada Anak dan Dewasa
Gigi berlubang menjadi masalah kedua yang paling banyak dialami. Data Audy Dental menunjukkan peningkatan sekitar 10% kasus gigi berlubang pada anak dan dewasa. Banyak pasien datang saat kondisi sudah parah, sehingga perawatan menjadi lebih kompleks.
Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, 57% penduduk mengalami masalah gigi, tetapi hanya 11,2% yang mencari perawatan. Rendahnya kebiasaan pemeriksaan rutin disebabkan oleh ketidakpastian harga perawatan.
Eka Sabaty Shofiyah, Dokter Gigi Spesialis Anak, menjelaskan bahwa gigi anak yang rusak berdampak pada pertumbuhan gigi permanen, struktur rahang, serta kepercayaan diri. Pencegahan sejak dini sangat penting untuk mencegah infeksi dan masalah estetika.
Radang Gusi yang Masih Mengancam
Masalah ketiga yang sering muncul adalah radang gusi atau gingivitis. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh penumpukan plak akibat kebersihan gigi yang kurang terjaga. Jika tidak diatasi, radang gusi dapat berkembang menjadi penyakit periodontal yang lebih serius.
Radang gusi sering kali tidak menimbulkan rasa sakit di awal, sehingga pasien baru datang ketika sudah parah. Hal ini membuat biaya perawatan meningkat karena dibutuhkan tindakan pembersihan lebih mendalam atau bahkan operasi gusi.
Drg. Yulita Bong menekankan pentingnya pemeriksaan rutin untuk mendeteksi radang gusi sejak tahap awal. Perawatan preventif dapat mencegah komplikasi sekaligus menekan biaya yang lebih tinggi di kemudian hari.
Perawatan Rutin Sebagai Solusi Hemat Biaya
Kendala utama masyarakat adalah biaya perawatan yang dianggap mahal. Padahal, perawatan rutin justru bisa menghemat pengeluaran jangka panjang. Scaling rutin enam bulan sekali biasanya hanya memerlukan biaya beberapa ratus ribu rupiah.
Jika masalah gigi didiamkan hingga parah, perawatan menjadi lebih kompleks, seperti perawatan saraf atau saluran akar. Biaya per satu gigi bisa empat sampai lima kali lipat dari biaya scaling, belum termasuk pembuatan mahkota gigi jika gigi sudah rusak parah.
Yulita menegaskan, “Kalau bisa rutin periksa, sebaiknya rutin. Perawatan preventif jauh lebih hemat daripada mengobati gigi yang sudah rusak.” Hal ini juga membantu menjaga kesehatan mulut secara keseluruhan dan mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.
Kesimpulan Pentingnya Pencegahan dan Edukasi
Tiga masalah utama gigi di Indonesia—maloklusi, gigi berlubang, dan radang gusi—masih menjadi tantangan besar. Kebiasaan perawatan gigi preventif dan rutin menjadi kunci agar kondisi ini tidak berkembang menjadi lebih serius.
Perawatan dini tidak hanya menjaga kesehatan gigi dan mulut, tetapi juga menekan biaya yang membengkak akibat tindakan kompleks. Pemeriksaan rutin setiap enam bulan menjadi langkah paling efektif untuk memastikan kesehatan gigi tetap optimal.
Dengan edukasi yang tepat dan kesadaran masyarakat meningkat, diharapkan masalah gigi di Indonesia dapat diminimalkan, sekaligus memudahkan masyarakat mengakses perawatan berkualitas tanpa harus menunggu kondisi gigi memburuk.